Selasa, 05 April 2016

[Chuppachups] E-book or Paperback ??

Edit Posted by with No comments
Holla dolla golla. Ini tulisan cuap-cuap saya yang pertama. Entah mengapa rasanya sedih lihat blog saya yang hanya berisi review-review buku. Sebenarnya saya memang tipe yang paling malas buka leppy, Saya lebih suka menulis menggunakan tangan. Bukan karena saya gaptek lho yaa ! Hanya saja leppy saya memang sudah lama eror dan harus melulu di charger untuk dapat digunakan. Nah, males banget kan?
Chuppachups pertama ini saya mengangkat tema E-book or PaperBack? Tau'kan e-book itu apa? (noted : baca ibuk) E-book itu lhoo yang melahirkan kita ke dunia. #eh #krikkrik Bukan ding, melainkan e-book itu adalah buku elektronik yang bisa dimasukkan ke usbmu bahkan sekarang bisa dibuka melalui android dengan aplikasi moon reader or app reader lainnya. 



Mengapa saya memilih tema ini? Karena sering kali saya membaca perang para pecinta buku yang mengharamkan e-book. Jaman sekarang sih e-book bisa kamu dapatkan dimana aja, alias gratis. Bahkan ada beberapa olshop yang dibuka untuk pembelian e-book novel luar. Yah, saya tahu bahwa ittu merugikan para penulisnya. Karena bagaimanapun mereka menjadi penulis untuk bisa mendapatkan royalti. E-book itu bisa illegal dan bisa pula legal. Tahu kindle kan? yup, itu adalah salah satu e-book legal yang diperjual belikan oleh amazon. Tapi yang saya tahu itu kebanyakan novel luar. Entahlah kalau novel Indo.

Saya bukan tipe orang yang sok suci. Yang menentang adanya e-book karena blablabla. Justru saya mensyukuri dengan adanya e-book ini sedikit banyak permasalahan saya terselesaikan. Eits, bukan berarti saya tidak menyukai Paperback. Justru sebaliknya ! Akan lebih baik jika saya memiliki paperback. E-book itu adalah penolong dan penyelamat saya ketika saya tidak memiliki doku. alias lagi kering-keringnya nih kantong.

Yap, saya bukan anak manja yang apa-apa minta emaknya. Saya lebih menyukai ketika saya membeli buku, maka itu adalah uang hasil keringat saya sendiri. Koleksi saya yang sudah mencapai ratusan itupun adalah hasil keringat saya semenjak duduk di awal bangku kuliah. Bukan dari uang jajan yaaa. Uang jajan mah hanya 10% saja untuk menambah. 



Saya mencintai buku semenjak saya kecil. Dulu paling suka baca komik. Masih inget Nakayoshi? Shounen Star? Itu adalah buku pertama yang saya baca. Komik juga buku'kan? Tapi dulu ga pernah bisa yang namanya koleksi. Dibesarkan di keluarga yang otoriter membuat "komik" menjadi hal yang sangat tabu. Nabung seratus rupiah perhari buat beli komik yang dulu harganya masih dua ribu lima ratus. tapi Nakayoshi kalau gak salah lima ribu atau tujuh ribu lima ratus? Entah, sudah lupa. Dan itu saya beli bukan di toko buku. Bayangkan ! untuk mengkoleksi paperback saja sedemikian sulitnya untuk bocah sd macam saya. Terlebih ketika ketahuan tidak jarang buku itu dirobek atau dibakar oleh orang tua. 

Namun akhirnya koleksi saya itu menumpuk hanya saja tidak lengkap. begitupula dengan novel yang dulu masih murah-murahnya. Karena dulu saya belum mencintai buku sebesar sekarang, jadi saya sama sekali tidak memperhatikan kesehatan buku. Saya meletakkannya begitu saja dan tidak jarang novel saya menjadi tak berbentuk. Novel pertama yang dibeli oleh emak (baca : karena tugas esai makanya dibelikan) yaitu Fairish by Esti Kinasih saja sudah tak berbentuk. 
Ketika duduk di bangku kuliah saya berpikir, saya ingin membeli buku. Paperback. Bagaimana caranya? Waktu itu saya tidak mengenal yang namanya onlineshop. Hanya seputar dunia maya. Lalu entah mengapa saya berinisiatif mengumpulkan novel yang dulu saya punya dan tak terbaca dan menjualnya. Pada awalnya saya sempat mengalami jatuh bangun. Customer pertama saya protes karena ternyata buku itu palsu atau bajakan (waktu itu saya belum mengenal bagaiman buku bajakan dan tidak) sedikit kecewa dan sedih karena ternyata sebagian besar buku yang saya miliki bajakan !

Itu sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Dari sana saya mendapatkan uang untuk membeli koleksi novel dan komik sekarang ini. Namun saat ini lagi mandeg karena banyaknya onlineshop yang memperjual belikan paperback yang baru dan dengan harga terjangkau.



Saya penikmat paperback dan mencintai setiap lembar halamannya, Terlebih aroma buku yang sudah terpatri dibenak. Hanya ketika saya tidak memiliki dana untuk membeli Paperback itu sendiri saya yang notabene tidak bisa bertahan tanpa satu buku sebulan akhirnya memilih e-book. E-book menurut saya sangat membantu meredakan stress. Ketika cerita dalam e-book tersebut membekas dihati #ciee maka saya akan bertekad membeli paperbacknya. Sampai saat ini paperback yang belum mampu saya koleksi adalah paperback dari luar. Yah, english version selalu jauh lebih mahal. Belakangan ini Paperback lokal di Indonesia juga melonjak naik hingga saya ingin menangis. Beberapa bulan terakhirpun saya belum sanggup membeli sebuah novel. Jadi tidak ada salahnya bukan memilih e-book sebagai alternatif?

Lalu, bagaimana dengan kamu? E-book or Paperback?

0 komentar: